Revolusi Pendidikan Kembali Bergulir: Mendikdasmen Abdul Muti Hapus P5, Gantikan dengan Profil Lulusan

BN Online, Jakarta – Dunia pendidikan Indonesia kembali mengalami perubahan besar. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Muti resmi menghapus Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dari Kurikulum Merdeka dan menggantikannya dengan konsep Profil Lulusan yang lebih menekankan pada Pembelajaran Mendalam (Deep Learning), Selasa 25 Februari 2025.

Kebijakan ini sontak memicu berbagai tanggapan dari kalangan pendidik, siswa, dan orang tua. Di satu sisi, perubahan ini dinilai sebagai langkah inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa kebijakan ini dapat menghilangkan nilai-nilai penting yang telah dibangun melalui P5.

Kritik terhadap Penghapusan P5

Sejak diperkenalkan dalam Kurikulum Merdeka, P5 bertujuan membentuk karakter pelajar dengan enam dimensi utama: iman dan takwa, mandiri, gotong royong, wawasan global, bernalar kritis, dan kreatif. Model ini dianggap selaras dengan kebutuhan kompetensi abad ke-21 dalam membangun karakter bangsa.

Penghapusan P5 tanpa kajian mendalam dikhawatirkan menghilangkan pendekatan sistematis dalam menanamkan nilai-nilai karakter tersebut. Selain itu, guru yang telah terbiasa menerapkan P5 kini harus kembali beradaptasi dengan sistem baru, yang dapat menyebabkan kebingungan dalam proses transisi.

Menurut Dr. Indah Wibowo, seorang pakar pendidikan, perubahan ini bisa menjadi tantangan besar jika tidak disertai dengan strategi implementasi yang jelas.

“P5 selama ini sudah menjadi bagian integral dalam pendidikan karakter. Jika ingin digantikan, harus dipastikan bahwa pendekatan baru benar-benar lebih baik, bukan sekadar perubahan nama,” ujarnya.

Profil Lulusan: Apa yang Berubah?

Sebagai pengganti P5, Profil Lulusan yang diperkenalkan oleh Mendikdasmen kini memiliki delapan dimensi baru:

1. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Kewargaan

3. Penalaran kritis

4. Kreativitas

5. Kolaborasi

6. Kemandirian

7. Kesehatan

8. Komunikasi

Beberapa perubahan mencolok dalam kebijakan ini adalah:

Dimensi “Berkebhinekaan Global” digantikan dengan “Kewargaan”, yang lebih berfokus pada peran individu dalam masyarakat daripada keterbukaan terhadap budaya global.

Penambahan dimensi “Kesehatan”, sebagai respons terhadap meningkatnya kesadaran akan kesejahteraan fisik dan mental generasi muda.

Namun, masih muncul pertanyaan apakah perubahan ini hanya sekadar pergantian istilah atau benar-benar membawa dampak positif bagi pendidikan di Indonesia.

Solusi bagi Guru dan Institusi Pendidikan

Agar perubahan ini tidak sekadar menjadi kebijakan tanpa substansi, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh pemerintah dan pemangku kepentingan:

1. Pelatihan Intensif untuk Guru
Guru harus mendapatkan pelatihan dan pedoman implementasi yang jelas agar dapat mengadaptasi perubahan ini tanpa mengorbankan kualitas pendidikan.

2. Fleksibilitas dalam Kurikulum
Penghapusan P5 seharusnya tidak menghilangkan nilai-nilai karakter yang telah tertanam. Guru perlu diberikan kebebasan dalam menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik.

3. Evaluasi Berkala
Kebijakan ini perlu dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitasnya dalam membentuk lulusan yang siap menghadapi tantangan zaman.

Kesimpulan: Tantangan dan Harapan

Perubahan dalam sistem pendidikan merupakan hal yang wajar dalam menghadapi dinamika zaman. Namun, penghapusan P5 dan penggantinya dengan Profil Lulusan menimbulkan berbagai pertanyaan tentang efektivitas dan kesiapan implementasi.

Jika tidak didukung dengan strategi yang matang, perubahan ini bisa menjadi beban baru bagi guru dan peserta didik. Oleh karena itu, keterlibatan semua pihak, mulai dari pemerintah, guru, hingga masyarakat, sangat diperlukan agar kebijakan ini benar-benar memberikan manfaat bagi pendidikan Indonesia.**

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *