BN Online, Jakarta–-Memasuki musim kemarau, banyak petani menghadapi tantangan dalam menjaga produktivitas lahan mereka. Namun, kondisi cuaca yang kering bukan berarti aktivitas pertanian harus terhenti. Justru, dengan strategi yang tepat dan pemilihan komoditas yang sesuai, musim kemarau bisa menjadi peluang untuk tetap panen dan menjaga ketahanan pangan keluarga., Ahad (01/06/25).
Kementerian Pertanian terus mendorong budidaya tanaman yang tahan banting terhadap kekeringan, seperti jagung, ubi jalar, singkong, labu, kacang tanah, dan beberapa varietas hortikultura lainnya. Tanaman-tanaman ini tidak hanya mampu bertahan dalam curah hujan yang minim, tetapi juga memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi bagi petani.
Lebih jauh, Kementerian Pertanian juga mengimbau petani untuk memanfaatkan teknologi sederhana seperti irigasi tetes, penutup tanah (mulsa), dan penggunaan pupuk organik untuk menjaga kelembaban tanah. Pengelolaan lahan yang adaptif terhadap iklim menjadi kunci utama dalam mempertahankan produktivitas di musim kering.
Selain itu, program pendampingan dan pelatihan terus digencarkan di berbagai daerah rawan kekeringan. Petani diberikan edukasi mengenai cara menyesuaikan waktu tanam, teknik konservasi air, serta diversifikasi tanaman agar tidak hanya mengandalkan satu jenis komoditas saja.
Harapan ke depan adalah terwujudnya sektor pertanian yang tangguh terhadap perubahan iklim. Musim kemarau tidak lagi menjadi ancaman, melainkan momentum untuk berinovasi dalam sistem pertanian yang lebih berkelanjutan.
“Sambungnya, kami berharap petani tidak mudah menyerah dengan kondisi alam. Justru di musim kemarau inilah, semangat dan kreativitas bertani diuji. Manfaatkan lahan secara optimal dan tetap semangat bertani di segala musim,” ujar perwakilan dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian.
Dengan komitmen bersama antara pemerintah dan petani, musim kemarau bukan hambatan, melainkan tantangan yang dapat diatasi demi masa depan pertanian Indonesia yang lebih mandiri dan tahan iklim.