Pemkot Makassar Gandeng KPJ, Perkuat Perlindungan Sosial Pekerja Informal

BN Online, Makassar— Di tengah semangat peringatan 19 tahun Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Makassar, Pemerintah Kota Makassar kembali menegaskan komitmennya melindungi para pekerja rentan melalui skema Jaminan Hari Tua (JHT) dari BPJS Ketenagakerjaan. Acara ini menjadi ajang penting bagi Pemkot Makassar untuk berdiskusi langsung dengan para seniman jalanan—pahlawan ruang publik yang menjaga denyut budaya kota.

Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin (Appi), menegaskan bahwa profesi seni bukan sekadar hiburan, tetapi bagian dari identitas dan wajah kota yang harus dijaga bersama.

“Bagi kami, profesi seni adalah bagian penting dari wajah kota dan ruang budaya publik. Dukungan pemerintah tak boleh berhenti pada apresiasi, tapi harus hadir dalam bentuk perlindungan nyata,” ujar Appi dalam pertemuan yang berlangsung pada Selasa (22/7/2025).

Lebih lanjut, Appi menyampaikan bahwa perlindungan sosial melalui BPJS Ketenagakerjaan tidak hanya ditujukan bagi seniman jalanan, tapi juga menyasar RT/RW, pengemudi ojek, pedagang kecil, hingga pegawai Non-ASN. Skema ini merupakan bagian dari perluasan cakupan JHT untuk memberi jaminan masa depan yang lebih aman bagi mereka yang selama ini berada di luar sistem perlindungan formal.

Untuk diketahui, KPJ Makassar telah menjadi simbol perlawanan, ekspresi, dan harapan masyarakat urban selama hampir dua dekade. Di usia ke-19 ini, kelompok tersebut terus menjadi garda depan dalam menyuarakan aspirasi melalui musik, menjadikan jalanan sebagai panggung rakyat.

Harapannya, dengan sinergi yang semakin kuat antara pemerintah dan komunitas pekerja informal, Makassar bisa menjadi kota yang lebih adil, inklusif, dan menghargai setiap bentuk kontribusi warganya—terutama mereka yang menyuarakan semangat lewat karya.

Sambungnya, Pemkot Makassar berencana memperluas kolaborasi serupa dengan komunitas lain, termasuk kelompok seni visual, pelaku UMKM, dan pekerja lepas digital. Semua demi satu misi: menjadikan Makassar sebagai kota yang berpihak pada kerja keras, bukan hanya yang bekerja di balik meja.

“Makassar harus jadi kota yang ramah dan adil bagi semua profesi—termasuk mereka yang menjaga semangat di jalanan lewat musik dan karya,” tutup Appi.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *