BN Online, Makassar -Ketua TP PKK Kota Makassar, Melinda Aksa, memimpin rapat koordinasi pengelolaan sampah pasar di Kantor PD Pasar Raya, Jalan Kerung-kerung No.68, Kamis (16/10/25).
Pertemuan ini membahas pentingnya perubahan pola pikir dalam pengelolaan sampah, khususnya di pasar-pasar tradisional yang menjadi salah satu penyumbang terbesar sampah di kota ini.
Agenda ini dilaksanakan setelah Ketua TP PKK Kota Makassar meninjau kondisi persampahan salah satu pasar terbesar yang ada di kota Makassar yaitu Pasar Terong dan dihadiri oleh Dirut Perumda Pasar Raya, perwakilan Dewan Lingkungan, Kepala Bidang Persampahan Dinas Lingkungan Hidup, dan para kepala pasar se-kota Makassar.
Tujuan utama rapat ini adalah untuk mengidentifikasi permasalahan yang masih terjadi di pasar-pasar Kota Makassar, khususnya terkait kebersihan dan pengelolaan sampah, sekaligus merumuskan solusi konkret dan inovatif agar pengelolaan sampah di setiap pasar dapat berjalan lebih efektif, mandiri, dan berkelanjutan.
Menurut Melinda, perhatian Wali Kota Makassar terhadap kebersihan pasar sangat besar. Namun, kondisi di lapangan menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di sebagian besar pasar masih jauh dari ideal.
“Kita semua tahu, pasar adalah denyut ekonomi rakyat. Tapi jangan sampai justru menjadi sumber masalah kebersihan. Ini PR besar kita bersama,” ujar Melinda.
Lebih lanjut, ia menyoroti fakta bahwa sekitar 60% sampah di Makassar merupakan sampah organik, sementara kapasitas TPA Antang saat ini sudah berada di ambang batas. Diperkirakan dalam dua tahun ke depan, TPA tidak lagi mampu menampung sampah baru.
“Metode open dumping sudah tidak bisa lagi diteruskan. Banyak negara sudah melarang, dan pemerintah pusat pun meminta daerah segera mencari solusi,” ungkapnya.
Melinda menambahkan, Wali Kota Makassar telah menargetkan agar seluruh kecamatan memiliki inovasi dalam pengelolaan sampah dan mampu melakukan reduksi hingga 51,2% terhadap jumlah sampah yang masuk ke TPA.
“Harapan kita, dua tahun ke depan tidak ada lagi sampah yang dibuang ke TPA. Semua sudah harus terkelola dari sumbernya, termasuk pasar,” tegasnya.
Salah satu potensi yang disorot adalah pemanfaatan sampah organik untuk budidaya maggot. Di Urban Agrofarm Panakkukang misalnya, membutuhkan pasokan sekitar 3 ton sampah organik per hari, namun baru mampu dipasok sekitar 500 kilogram.
“Artinya, masih banyak peluang untuk memanfaatkan sampah organik ini menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bernilai ekonomi,” ujar Melinda.
Ia juga mendorong agar pasar-pasar tradisional mulai mengelola sampahnya sendiri, bukan hanya bergantung pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
“Kita bisa mulai dari langkah sederhana, seperti menyediakan area pengomposan atau biopori besar di pasar. Misalnya, di Pasar Terong sudah ada potensi untuk itu,” jelasnya.
Selain mendorong inovasi, Melinda menegaskan perlunya penegakan aturan dan perubahan perilaku pedagang.
Ia mengusulkan agar PD Pasar memberikan tenggat waktu satu bulan kepada pedagang untuk mulai memilah sampah, dengan memberi sanksi tegas bagi yang tidak melaksanakan.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama PD Pasar Makassar Raya, Ali Gauli Arief, mengakui bahwa kebersihan di sejumlah pasar masih menjadi tantangan besar. Namun, ia memastikan pihaknya terus melakukan pembenahan bersama pihak kecamatan dan Dinas Lingkungan Hidup.
“Tidak bisa dipungkiri, sebagian besar pasar kita memang masih menghadapi kendala dalam hal pengelolaan sampah. Volume sampah tinggi, terutama dari jenis organik seperti sayur dan sisa makanan. Tapi kami sudah mulai bergerak, dengan menyiapkan titik-titik pengumpulan terpilah dan bekerja sama dengan bank sampah,” ungkapnya.
Melinda menutup dengan harapan bahwa gerakan ini dapat menciptakan sistem pengelolaan sampah berkesinambungan, di mana sampah terpilah dari sumbernya dan tidak lagi berakhir di TPA.
“Kita ingin menciptakan kota yang bersih dan sehat. Semua bisa dimulai dari rumah dan horeka yang ada termasuk pasar, apa yang sudah ada tolong di maksimalkan dan harus bermanfaat,” tutupnya.(*)