Peringati Sumpah Pemuda 2025, DPRD Makassar Dorong Semangat Persatuan dan Inovasi Pemuda

BN Online, Makassar – DPRD Kota Makassar mengucapkan selamat memperingati Hari Sumpah Pemuda tahun 2025 pada Selasa (28/10/2025) hari ini.

“Selamat Memperingati hari sumpah Pemuda. Warisan para pemuda 1928 adalah tekad untuk bersatu di atas segala perbedaan.” tulis akun media sosial DPRD Kota Makassar.

“Di tahun 2025 ini, tugas kita sebagai aparatur dan pemimpin bangsa adalah menjaga semangat itu melalui kerja nyata, integritas tinggi, serta kontribusi yang membawa manfaat bagi seluruh rakyat Indonesia. PEMUDA PEMUDI BERGERAK, INDONESIA BERSATU,” ucapnya.

Sejak tahun 1959, tanggal 28 Oktober ditetapkan sebagai Hari Sumpah Pemuda, yaitu hari nasional bukan hari libur yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, untuk memperingati peristiwa Sumpah Pemuda.

Sumpah Pemuda, yang secara resmi disebut sebagai Keputusan Kongres Pemuda Indonesia adalah ikrar yang diucapkan oleh pemuda-pemudi Indonesia pada 28 Oktober 1928, yang menetapkan jati diri bangsa Indonesia.

Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini merupakan bentuk pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia oleh pemuda dan pemudi di Indonesia dengan pernyataan janji satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa.

Pada bulan Oktober 1928, kongres pemuda Indonesia kedua dilaksanakan di tiga lokasi. Sidang pertama diadakan pada tanggal 27 Oktober 1928 di gedung Katholieke Jongelingenbond, dengan harapan agar kongres tersebut dapat mengilhami rasa persatuan.

Sidang kedua membahas isu-isu pendidikan dan diadakan di gedung Oost Java Bioscoop. Sidang ketiga sekaligus terakhir diadakan pada tanggal 28 Oktober di Jalan Kramat Raya Nomor 106, yang merupakan rumah milik Sie Kong Lian.

Acara ini ditutup dengan mendengarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola, dan dinyanyikan oleh putri Haji Agus Salim, Theodora Atia “Dolly” Salim, tetapi dimodifikasi sedikit agar tidak memprovokasi pemerintah kolonial Belanda.

Kongres kemudian ditutup dengan pembacaan ikrar Sumpah Pemuda.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *