Maros  

Kadis Kesehatan Maros Tekankan Edukasi Remaja dan Pola Asuh Sehat untuk Generasi Bebas Stunting

BN Online, Maros —  Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Maros, Dr. Muhammad Yunus, menegaskan pentingnya pencegahan stunting sejak dini, termasuk di kalangan remaja, sebagai langkah strategis untuk mewujudkan generasi yang sehat dan berkualitas. Menurutnya, stunting bukan hanya masalah gizi, tetapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan kesehatan yang harus diatasi bersama. Jumat (15/08).

Dalam sambutannya pada kegiatan sosialisasi kesehatan, Dr. Muhammad Yunus mengingatkan bahwa pernikahan dini menjadi salah satu penyumbang risiko stunting. “Pernikahan dini rentan menghasilkan anak stunting karena kondisi kandungan yang belum siap. Remaja perlu diedukasi agar menunda pernikahan dan mempersiapkan kesehatan sebelum menjadi orang tua,” ujarnya.

Kadis Kesehatan Maros juga menekankan pentingnya edukasi berkelanjutan kepada masyarakat, agar para orang tua memiliki pemahaman yang benar mengenai kesehatan ibu dan anak. Edukasi tersebut diharapkan dapat membantu melahirkan generasi yang sehat dan bebas stunting.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pola asuh yang kurang tepat turut menjadi salah satu faktor penyebab stunting. “Pola makan yang tidak seimbang, kurangnya stimulasi perkembangan anak, serta minimnya perhatian terhadap kebersihan lingkungan dapat memengaruhi pertumbuhan anak,” tegasnya.

Dalam paparannya, Dr. Muhammad Yunus membagi penyebab stunting menjadi tiga kategori utama. Pertama, stunting karena kekurangan gizi. Kedua, stunting akibat pola asuh yang kurang tepat. Ketiga, stunting karena faktor X, yaitu adanya penyakit yang menyertai atau kondisi medis tertentu yang memengaruhi pertumbuhan anak.

Ia menambahkan, upaya pencegahan harus dilakukan lintas sektor dan melibatkan semua pihak, mulai dari keluarga, tenaga kesehatan, pemerintah, hingga tokoh masyarakat. “Kita harus bergerak bersama, karena stunting adalah masalah yang kompleks,” katanya.

Selain fokus pada pencegahan stunting, Dinas Kesehatan Kabupaten Maros juga menjalankan Proyek “Sipakatau” sebagai pendekatan kolaboratif berbasis nilai lokal. Program ini bertujuan menghapus stigma terhadap penderita TBC dan meningkatkan dukungan sosial bagi mereka.

Konsep “Sipakatau” mengedepankan empati, saling menghargai, dan kerja sama lintas sektor. Melalui pendekatan ini, diharapkan masyarakat dapat melihat penderita TBC sebagai individu yang perlu didukung, bukan dijauhi.

“Dengan Sipakatau, kita membangun empati dan menghapus stigma, sehingga penderita TBC tidak merasa terasingkan dan mau menjalani pengobatan hingga tuntas,” jelas Dr. Muhammad Yunus.

Sebagai bagian dari implementasi program tersebut, Dinas Kesehatan membentuk “Pojok Sipakatau” di setiap Puskesmas di Kabupaten Maros. Pojok ini menjadi pusat edukasi, konseling, dan pendampingan bagi penderita atau terduga TBC.

Keberadaan Pojok Sipakatau diharapkan dapat memperkuat edukasi masyarakat mengenai TBC, meningkatkan kepatuhan minum obat, serta mengurangi risiko penularan. Masyarakat juga dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk mendapatkan informasi kesehatan yang terpercaya.

Dr. Muhammad Yunus menutup sambutannya dengan ajakan untuk bergandengan tangan dalam memerangi stunting dan TBC. “Sehatkan remaja, sehatkan calon ibu, cegah stunting sejak dini, dan hapus stigma terhadap TBC. Ini adalah langkah kita bersama menuju Maros yang sehat dan sejahtera,” pungkasnya.

Red*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *