BN ONLINE MAKASSAR–Percepatan Penurunan Stunting (PPS) saat ini menjadi program prioritas nasional, di mana stunting jadi ancaman serius bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan Generasi Emas di tahun 2024, yaitu generasi yang berkualitas dan berdaya saing sebagai agen pembangunan bangsa.
Namun kondisi saat ini, angka stunting Indonesia masih cukup tinggi yaitu 21,6 persen di atas batas toleransi yang ditetapkan oleh badan kesehatan dunia atau WHO, yaitu 20 persen setia negara.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah mulai dari penguatan regulasi hingga penggalangan komitmen bersama dalam intervensi spesifik dan sensitif PPS mulai dari pusat hingga daerah dengan melibatkan mitra strategis yang ada.
Untuk memperkuat pemantauan pelaksanaan intervensi konvergensi PPS oleh lintas sektor, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Selatan melaunching aplikasi “Dasi Penting” bertempat di Karebosi Premier Hotel Makassar, Kamis, 23 November 2023.
Aplikasi “Dasi Penting” atau Dashboard Pemantauan dan Evaluasi Pendampingan Tematik Stunting secara resmi dilaunching oleh Sekretaris Utama BKKBN RI Drs. Tavip Agus Rayanto,M.Si bersama Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dr. H.M. Ichsan Mustari,M.H.M, Kepala Perwakilan BKKBN Sulawesi Selatan Shodiqin,S.H.,M.M. dan Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan Dr. dr. H.M. Ishak Iskandar, M.Kes. Turut hadir Plt Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kota Makassar, Syahruddin,
Dalam arahannya Sestama BKKBN RI Tavip Agus Rayanto memberikan apresiasi atas peluncuran aplikasi Dasi Penting, Ia berharap agar pemerintah daerah bisa mengoptimalkan dan memanfaatkan aplikasi ini dalam memantau pelaksanaan intervensi dan kegiatan konvergensi penurunan stunting di wilayah masing-masing.
“Harapan saya aplikasi ini tidak hanya dilaunching dan sekadar seremonial saja, kemudian selesai, akan tetapi betul-betul dikembangkan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga bisa memberi nilai manfaat bagi pemerintah daerah,” imbau Tavip.
Lebih lanjut Tavip menegaskan pengentasan masalah stunting membutuhkan keterlibatan dan kerja sama lintas sektor secara komprehensif dan terpadu melalui pencegahan lahirnya stunting baru dengan mengintensifkan pendampingan kepada keluarga berisiko melahirkan bayi stunting.
Indikator Intervensi Spesifik dan Sensitif, indikator pilar Perpres 72, dan indikator RAN-PASTI 2021-2024. Dengan indikator ini akan membantu pemantauan dan evaluasi lapangan,” tambahnya.
Prevalensi stunting Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun cenderung menurun, namun rata-rata penurunannya relatif kecil sehingga dibutuhkan kerangka konsep dan strategi bersama dalam mempercepat penurunan stunting guna mengejar target 14 persen di tahun 2024.
“Data prevalensi stunting di Sulawesi Selatan berdasarkan hasil SSGBI tahun 2019 sebesar 30,59 persen mengalami penurunan pada tahun 2021 sebesar 3,19 persen menjadi 27,4 persen, dan turun 0,2 persen tahun 2022 menjadi 27,2 persen.
Angka ini masih di atas rata-rata provinsi sehingga diperlukan upaya-upaya nyata yang bisa memberikan dampak terhadap penurunan stunting guna mengejar target 14 persen pada tahun 2024,” harap Shodiqin. (**)